Rabu, 08 September 2010

Analisis Kritis Kisah Rara Jonggrang

Mitos adalah cerita – cerita puitis yang menerangkan mengapa dunia / kota berbentuk seperti itu dan mengapa orang – orang berbentuk seperti itu. Mitos biasanya berhubungan dengan dewa – dewi atau roh. Legenda adalah cerita – cerita suatu peristiwa yang terjadi bertahun – tahun yang silam. Baik mitos maupun legenda mungkin telah menjadi bagian dari dunia religius yang terjalin dalam kehidupan sehari – hari. Cerita – cerita itu mungkin terlihat fantastis dan sulit dipercaya, tetapi ini merupakan bagian dari seni bercerita. Mitos dan legenda memikat, lucu, menyedihkan, bersifat mahis, dan selalu merupakan cerita yang baik.

RARA JONGGRANG

Rara Jonggrang adalah nama seorang perempuan, tepatnya nama sebuah patung perempuan yang bias ditemui di kompleks Candi Prambanan, di perbatasan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Karesidenan Surakarta. Patung itu berdiri dalam bilik candi yang etrletak di tengah. Menurut cerita penduduk setempat, Rara Jonggrang adalah seorang perempuan sangat cantik dan masih perawan. Tubuhnya senantiasa harum karena selalu menjaganya dengan wewangian tradisional.
Rara Jonggrang adalah putri kesayangan raja sakti, yang namanya Ratu Baka, penguasa tunggal di Prambanan. Beberapa waktu lalu, Prambanan mendapat serangan dari Pengging yang kemudian mengalahkannya. Akan tetapi, bila dilihat dengan cermat, pasukan Pengging tidak mungkin mengalahknannya tanpa bantuan seorang muda yang sakti bernama Bandawasa. Pemuda itulah yang memungkinkan Pengging mengalahkan Prambanan dan membunuh Ratu Baka.
Karena telah mengalahkan Prambanan, Bandawasa minta izin pada pemerintah Pengging untuk bertakhta di Prambanan dengan tetap menghormati Pengging sebagai pusat kekuasaan. Bandawasa memiliki ajian yang terkenal dengan nama Bandung. Ajian itu adalah kemampuan untuk mengerahkan tenaga makhluk – makhluk halus agar membantunya jika ada kesulitan, makhluk halus jumlahnya bias ratusan juta dan dating dari penjuru dunia.
Karena Bandawasa merasa tidak perlu mendapat bantuan, ia pun datang menemui Rara Jonggrang untuk meminangnya. Begitu mendengar pinangan itu, rasanya hampir pingsan perawan Jonggrang, sebab ia masih benci kepada Bandawasa karena sudah membunuh ayahnya. Bandawasa menyadari akan tetapi ia berpikir keras untuk membujuknya, Jonggrang sibuk mencari akal bagaimana menolaknya. Jonggarang sambil meminta saran dari inang, kemudian ada inang yang mempunyai ide untuk minta syarat kepada si Bandawasa agar bias membuatkan candi sebanyak seribu buah dan sepasang sumur yang dalamnya seribu kaki , dan keduanya harus di selesaikan dalam waktu satu malam sebelum orang – orang di Prambanan menumbuk padi dan pasar mulai ramai. Keesokan harinya Jonggrang bertemu dengan Bandawasa untuk menyebutkan syarat – syarat itu. Meskipun permintaan jonggrang sangat berat namun Bandawasa tetap menghadapinya sebagai tantangan.
Hari yang dijanjikan tibalah. Mulai pukul empat sore Bandawasa mengerahkan ajian Bandungnya sehingga ratusan makhluk halus berdatangan. Akan tetapi, tentu saja kehadiran mereka tidak tampak , hanya kehadiran mereka bias terasa, terutama oleh orang – orang yang peka. Menjelang maghrib, Bandawasa segera memberikan perintah dan membagi tugas. Bandawasa memang hebat, pikirannya sangat jernih. Ia memang berbakat menjadi pemimpin yang baik. Tatkala maghrib sudah lepas, mulailah makhluk – makhluk halus itu bekerja. Penggalian tanah untuk membuat sumur tampaknya lebih cepat. Menurut penduduk setempat, ada kurang lebih 500 makhluk halus yang mengerjakan dua sumur itu. Ini tentu saja mengherankan. Bagaimana mungkin mereka tidak berdesak desakan ? Akan tetapi, kita maklum karena merupakan makhluk halus, mereka bias saling berhimpit tanpa menimbulkan masalah. Pada pukul 12 tengah malam, dua sumur sudah siap. Sudah ada 457 candi yang siap. Jadi, masih kurang 543 buah candi. Tatkala hal ini dilaporkan kepada Jonggrang, perawan cantik itu pun terkejut. Akan tetapi, Temiyi, inang pengasuh yang cerdas itu memberi tahu bahwa pekerjaan Bandawasa bias di buyarkan oleh orang – orang desa yang menumbuk padi, pergi kepasar, dan kerja lainnya. Jonggrang pun maklum. Oleh karena itu, untuk persiapan, ia segera memrintahkan beberapa orang ponggawa yang masih setia untuk siap – siap membangunkan penduduk dan diminta untuk menumbuk padi, pergi kepasar, dan mengerjakan pekerjaan lainnya.
Tepat pukul 4 pagi, kekurangan candi tinggal 187. Mendengar laporan ini, Jonggrang segera memerintahkan prajurit untuk membunyikan bebunyian yang menimbulkan kesan orang bekerja. Makhluk – makhluk halus yang mendengar orang menumbuk padi menjadi ketakutan. Mereka langsung meninggalkan Bandawasa tanpa pamit dengan pekerjaan yang belum selesai. Bandawasa tahu bahwa saat itu masih malam dan belum pagi, tetapi ia tidak dapat mencegah perginya makhluk – makhluk halus itu. Itulah sebabnya ia menjadi sangat marah. Ia mendatangi Jonggrang dan langsung mengutuk bahwa Jonggrang dan langsung mengutuk bahwa Jonggrang berhati batu. Seketika itu juga, Jonggrang berubah menjadi arca yang hingga sekarang masih bias kita kunjungi bersama di Candi Prambanan.

Analisis Kritis.
Legenda ini menunjukkan bahwa Jonggrang bukanlah seorang perempuan yang berani dan ia kurang tegas dalam menolak pinangan Bandawasa padahal Jonggrang sangat benci kalau bertemu dengan Bandawasa, Ia main licik dan menghalalkan segala cara untuk menghindari pinangan Bandawasa dengan meminta saran dari pengasuhnya. Temiyi, si inang memang tampak cerdik pada permulaan. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, gagasannya yang hebat kedodoran karena Bandawasa mampu melaksanakan syarat-syarat yang di ajukannya.

Pesan
Legenda ini memberi pelajaran kepada kita bahwa kita harus konsekuen dengan apa yang sudah kita katakan. Seperti kata pepatah, harga diri manusia antara lain terletak pada bibirnya. Kalau antara kata dan perbuatan tidak cocok, tentu bisa merepotkan. Legenda Rara Jonggrang ini memberi contoh kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar